Selasa, 07 Mei 2013

Kata itu Bernama Sabar

Penat, tentu. Bagaimana tidak, pikiran saya dipenuhi hal yang sama dan sama-sama menguras energi. Teringat sebuah baris kalimat seorang ustadz, melalui sebuah buku yang dihadiahkan kepada saya. Baris sederhana namun mengambil sudut pandang yang berbeda, hingga apa yang otak ini maksud pun berbeda pula. Ah, betapa hebat orang-orang dengan cara pandang berbeda tersebut.

Rangkuman dari baris kalimat itu adalah kata sabar. Ia ibarat kita yang tengah mengayuh sepeda menaiki bukit. Apakah sabar memiliki batas? Sesungguhnya, sabar itu tiada memiliki batas. Namun, sunnatullah Allah memberikan sebuah batas untuk sebuah pekerjaan. Apa maksudnya? Menilik kisah tadi, Allah tetapkan kesabaran kita ada di atas bukit, kesabaran atas kesulitan mengayuh sepeda. Lantas, setelah itu, adalah kemudahan. Tanpa perlu mengayuh, kita dapat menuruni bukit dengan kecepatan cukup tinggi. Seketika, apapun duka sebelumnya akan hilang bersamaan kebahagiaan karena telah melewati puncak bukit tersebut. Kembali mengayuh menuju bukit-bukit selanjutnya, dengan bersemangat.