Selasa, 27 Mei 2014

Let's Evaporate!

Ada sebuah cuplikan menarik dari film jadul tapi keren, judulnya: Le Grande Voyage atau Rihlahu Akbar. Sebuah perjalan haji dari negara Prancis via darat. Film ini pula yang menginspirasiku untuk menunaikan haji via darat, semoga, Aamiiin..
Le Grande Voyage

Marah!

Sudahlah, anak muda. Aku hendak marah hari ini. Cobalah dengar dan baca dulu sebelum mengomentari sesuatu. Pikirkanlah, gunakan ia sebelum berucap apapun. Kalau sudah, what's problem now? Ada? Soal waktu saja kan?

Hei, anak muda. Jangan tabzir! Kau boroskan fungsi inderamu? Allah sudah anugerahkan telinga dan mata di atas mulut, agar kita bisa mendengar dan melihat lebih dulu. Pun jumlahnya ganda, agar kau mampu melihat dan mendengar lebih banyak dan lebih lama dari lisanmu.

Dan..otakmu! Letaknya yang paling tinggi, agar kau pertimbangkan segala sesuatu sebelum berkata dan bertindak apapun!

Kau dengar, anak muda?

Kita lihat, apakah kau akan membuat semua analogi buruk untuk mencercaku? Beranjak pergi serta tak lupa menghardikku. Lalu mengadu pintu dan kusen untuk mengangetkanku? Padahal, bagaimana pun ekspresimu, sejenak kemudian aku akan lupa. Lingkunganmu tak aman karenamu. Hancur hanya untuk tahu bahwa kau sedang marah.Kau kecele!

Atau barangkali, kau akan pergi begitu saja. Raib dari penglihatanku, tanpa suara dan tanpa jejak. Tapi tak apa, setidaknya kau tak habiskan emosimu dan menyalurkannya pada benda-benda keras di sekitarmu. Marahmu tak merugikan siapapun di sekitarmu. Tak beriak, tak bergaduh. Aman bagi kami.

Atau kau memilih tidur dan menghapus marahmu dengan menganggapnya sebagai bagian dari tidurmu? Kau selamat!

Atau kau memilih diam seribu bahasa? Tapi matamu mendelik tajam ke arahku. Bukumu penuh coretan sebagai pelampiasan ekspresimu? Kalau dia tak ada? Kau kemanakan ekspresimu yang butuh pelampiasan itu? Menyimpannya dalam dendam? Hancur dirimu berkalung dendam, padahal aku telah lupa jauh-jauh waktu.

Atau, kau justru memilih menepi. Membasuh wajah dan anggota tubuh sambil memohon ampun sebagian salahmu itu? Tak terbesit dendam, melainkan pohonkan ampun buatku karena telah mengingatkanmu? Doamu terasa panjang dan lama..sekali. Begitu khusyuk, buatku iri sekaligus kagum padamu. Maka dari itu, aku percayakan sebagian urusanku padamu.

Bagaimana anak muda? Kau dengar semua ocehanku?

Jumat, 23 Mei 2014

Ruang Kecil #4: Cinta

Kau tahu, sahabat? Aku tengah jatuh cinta! Berjuta indah rasanya. :)
Ah, cinta. Lama nian aku mencari makna kata itu. Kata yang demikian luar biasanya mengantarkan aku pada fase seperti ini, begitu amat sempit bagi kebanyakan orang. Tapi bagiku, cinta memiliki magnet kebahagian yang luar biasa. Sembari mengiyakan potongan prosa milik Kang Abik,

Cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibbah, itulah cinta!

Aku dan Hening

Aku: Keheningan yang tak selamanya hening

Keheningan tak selamanya hening
Seperti di sini,
Gelinding roda-roda bermesin tak pernah henti pecahkan keheningan
Atau aku salah?
Buktinya,
Mereka masih bisa terlelap dalam keheningan penuh keributan?


Pondasi Iman

Membangun hati penuh iman itu mudah dan sangat sulit. Tergantung di mana bumi ini dipijak. Begitu mudah memiliki hati bersih dan terasa sempurna keimanannya dalam me-nunggal-kan Allah, bila kaki ini berpijak dalam lingkungan penuh iman, komunitas shalih, para pecinta kalm Allah yang terbina dengan ukhuwah. Dalam lingkungan penuh berkah ini, seakan-akan kitalah salah satu shalih tersebut. Begitu menggelora, bersemangat dakwah dan terpatri janji kan tegakkan panji Ilahi di bumi pertiwi.


Sahabat oh Sahabat

Seorang sahabat mengadukan sahabatnya, bagaimana perbedaan karakter dan filosofi hidup membuat persahabatan mereka dipenuhi konflik. Begitu dilema, jika suatu saat merasa risih dan enggan untuk membersamai. Namun, di lain waktu, hati terasa rindu dan sangat menyesal.

Aku menghela nafas. Berkaca pada lika-liku persahabatanku sejak lalu. Dan..sebuah titik terang muncul.

Tanya Jawab: Hening

Ayah, aku bertanya pada keheningan

Ayah,
Apa itu sedikit? Mengapa Tuhan kita berkata demikian?
Ayah,
Apa itu sujud? Mengapa Tuhan kita mengulang kata itu?
Ayah,
Apa itu berpikir? Bukankah manusia kini pandai?
Ayah,
Apa itu bersegera? Bukankah manusia kini dikejar waktunya sendiri?

Tentang Cinta dan Kerinduan

Ah, saya tak berniat menuliskan buliran huruf sendu yang mengelu-elukan sosok pendamping, sahabat. Tapi, saya hanya ingin berbagi sebuah tanya tentang hal ini. Di usia kepala dua, adalah wajar seorang wanita (termasuk saya) mulai dilirik untuk  diperbincangkan masa depannya. Pengkerucutan itu berfokus soal pernikahan dan keluarga. Dengan siapakah dia menikah dan bagaimana keluarganya nanti? Dan ternyata, bukan hanya wanita. Pasangannya bernama laki-laki pun turut diperbincangkan. Untuk ini, bertambah objek perbincangan itu dengan kesanggupan finansial dan kepemimpinan.

Takdir

"Sepertinya, kita tidak ditakdirkan untuk bertemu beliau hari ini, us.."

Langkahku masih berpacu. "Sekali-kali tidak. Takdirku adalah ketika semua pintu telah diketuk, terbuka atau tidaknya, itu baru takdirku.."

Pendarnya, Cahayamu..

Masih saja termangu. Adalah keniscayaan, pendar cahaya hati kita berpengaruh besar pada redup terangnya lingkungan sekitar. Jagalah, jagalah. Pendarnya adalah sumber cahaya kehidayaan bagi siapapun. Jagalah, agar surgamu penuh dengan umat Rasulillah. Jagalah, agar pendarnya menyelamatkanmu, aku, dan kita.

Lalu rintik air mata mengalir..
Bagaimana pendar cahayamu, wahai diri?
Sudahkah kau menjaga dan menyebarkan 
cahayanya?

Lompatan Intelektualitas

Di halaman muka buku warna orange, ku temukan sebuah judul tulisan acak yang ku buat sesuka hati dikala waktu bersahabat. Judulnya: Lompatan Intelektualitas. Menarik! Hampir-hampir lupa, kapan saya pernah menulisnya? Oia, kalau tidak salah sewaktu membuka kembali buku Mikro Ekonomi di halaman muka dan bab pertama: Ilmu Ekonomi!

Minggu, 18 Mei 2014

Bolehkah Aku Mengeluh?

Pagi ini, wanita itu tertunduk di dekat ku. Ia diam membisu sekian lama. Aku tak biasa dengan situasi ini, mencoba bergerak sebagaimana biasa. Membuka lipatan meja kayu, menyiapkan laptop dan memasangkan kabel-kabelnya. Hari ini adalah deadline tugas kantor yang dibawa pulang, lembur di hari libur. Ingin ku belai helai rambutnya, memegang tangan dan menyiumnya berkali-kali. Lalu dengan lembut aku bertanya padanya.

Jumat, 16 Mei 2014

Ruang Kecil #3: Sebab Amanah

Disela-sela ritme pekerjaan, sang direktur program memulai jawaban dari satu tanyaku.

"Begini Us, laki-laki itu berbeda dengan suami. Maka dari itu, laki-laki shalih belum tentu menjadi suami yang shalih. Pun ketika menjadi ayah, suami yang shalih belum tentu menjadi ayah yang shalih."

"Sebab amanah ya, pak?"

"Ya, betul. Karena itu menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat mengemban amanah."

"Hal ini juga berlaku untuk perempuan?"

"Ya!"

Begitu besarkah amanah itu? Akson dan dendrit sejenak berhenti, mencari alur yang baru. Adakah muara syaraf lain yang menghantarkan informasi baru?

Senja, Mei 2014
Ruang Kecil