Minggu, 16 Juni 2013

Rahma El Yunusiyyah: Dengan Jilbab Panjangnya, Angkat Senjata dan Bangun Sekolah!

Dari blog kawan yang pernah satu atap menghafal Quran, Andi Astri Faradiba namanya. Saya dapatkan tulisan yang menarik disimak. Menggugah, insya Allah.



Rahmah El Yunusiyyah, Mujahidah tanpa Emansipasi


Di antara para pahlawan Nasional, terdapat sederet nama-nama wanita dari berbagai daerah dan beragam cara berjuangnya. Kalau Cut Nyak Dien dan Keumalahayati berjuang dengan mengangkat senjata tanpa mendirikan sekolah, sementara Dewi Sartika berjuang dengan mendirikan sekolah tanpa mengangkat senjata. Tapi selain mereka, lihatlah Rahmah El Yunusiyah, yang berjuang dengan mendirikan sekolah sekaligus mengangkat senjata. Dan ia pertaruhkan seluruh jiwa raganya demi agama.

Sangat Abstrak

Mengapa dewasa ini, banyak para pemuda terjangkit penyakit hati bernama galau? Terlebih jika ia menjangkit para aktivis bernama kader dakwah. Para pengampu amanah yang beratnya demikian menghancurkan gunung sebagai pasak bumi. Mungkin pula meruntuhkan langit menghempas bumi kembali. Aih, sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Banyak analisa, banyak hipotesa. Banyak sebab sehingga banyak akibat. Aih, demikian rumitnya. Sebenarnya, apa definisi kata galau tersebut? Bukankah ia mengindikasikan suasana hati tak menentu akan ketidakpastian? Sehingga kekhawatiran dan kecemasan melanda karena ketidakpastian itu tak dapat dipecahkan oleh akal kita yang tebatas. Ya, akal yang telah demikian canggihnya ini adalah anugerah Allah terbesar, karena ia adalah pencari kebenaran. Kebenaran yang sporadik, ada dimana pun, dapat tumbuh dan berkembang dalam situasi apapun namun abstrak. Di mana sesungguhnya ia? Pernahkah kita melihat spora sebelum berubah menjadi mushroom?