Senin, 26 November 2012

Izul Falaq, Namanya

23 November 2012

Malam ini, saya mendengar takjub cerita seorang santri takhasus: Izul Falaq namanya. Akhwat ini berusia lebih muda dariku. Sejak kecil ia sudah tak berayah juga beribu, jauh datang dari Bima hanya untuk Al-Quran. Kecintaan kepada ayah dan ibu yang tak sempat diingatnya, keinginan besar menghadiahkan mereka tercinta dengan Al-Quran menggerakannya ke rumah ini. Rumah yang disemai tilawah Al-Quran di seluruh penjurunya.

Ternyata, menghafal Al-Quran itu penuh perjuangan. Ia harus berkali pindah tempat: Bekasi, Bogor, Ciamis, Ciracas, Pasar Minggu hingga Depok dengan beragam alasan yang tak begitu dimengertinya. Ia ridha ditempatkan di mana saja, asal tetap dapat menghafal.

Selasa, 20 November 2012

Petik doa hari ini

(Al-Mu'minun: 30)

Jawabnya: Di manakah Letak Keimananmu?

Membangun hati penuh iman itu mudah dan sangat sulit. Tergantung di mana bumi ini dipijak. Begitu mudah memiliki hati bersih dan terasa sempurna keimanannya dalam me-nunggal-kan Allah, bila kaki ini berpijak dalam lingkungan penuh iman, komunitas shalih, para pecinta kalam Allah yang terbina dengan ukhuwah. Dalam lingkungan penuh berkah ini, seakan-akan kitalah salah satu shalih tersebut. Begitu menggelora, bersemangat dakwah dan terpatri janji kan tegakkan panji Ilahi di bumi pertiwi.

Namun, kisah hati akan lain ceritanya ketika kaki berpijak di luar komunitas shalih. Heterogenitas benar-benar menguji konsepsi diri. Integritas keimanan terancam di ambang batas bila tak sigap. Pemakluman demi pemakluman, lama kelamaan menjadi pembenaran dari setiap penyimpanan. Sedikit demi sedikit akhirnya membukit. Kecil jadi besar, sembunyi menjadi terang-terangan dan sendiri menjadi berkelompok. Ketika di ujung ke-kritis-an iman, diri ini merasa tak berdaya. Benar-benar tak berdaya. Futur, ya, futur. Puncak kekritisan hati, tempat bernaungnya iman.

Lalu, rasa rindu pun muncul. Mendera jiwa yang haus akan selaksa kerinduan. Rindu saat-saat ketenangan hati nan nikmatnya iman. Rindu kala jiwa merindukan Tuhannya, semangat dakwah dan merindukan kematian. Kemuliaan dalam akhir hayatnya. Rindu itu, benar-benar menggelora.

Raga pun akhirnya tersungkur, pasrah dalam sujudnya. Air mata tak mampu dibendung. Benar-benar titik krisis dalam hidup. Memohon dan memohon. Lalu, apakah dengan mudah kita kembali?

Tidak, kawan. Justru di saat inilah ujian sebenarnya. Pembuktian dan pembenaran. Jalan mana yang akan engkau pilih, "Fujuraha wa Taqwaha". Ketika hati mulai mengkisahkan pilihannya. Itulah dirimu selanjutnya. Kebenaran atau kesesatan. Lalu, manakah yang akan kau pilih?

Jawabnya: Di manakah letak keimananmu?

 Ciputat, 14 Juni 2011

Sekantung Kehidupan

Ada yang berbeda dari setiap detik kehidupan berjalan. Walau dengan aktivitas yang masih sama: matahari masih bersinggah di ujung barat, awan masih berarak di atas, bumi masih engkau pijak, detik waktu tetap berjalan maju, pagi berubah malam dan malam berubah menjadi pagi. Dimana kaki berpijak, engkau akan temukan hal yang sama.

Namun, tetap ada yang berbeda di setiap detik kehidupan berjalan. Walau di ribuan aktivitas kehidupan yang sama: bernafas dengan udara yang sama, darah mengalir dari jantung ke paru maupun seluruh tubuh, hingga mata yang mengedipkan kelopaknya.

Tetap ada yang berbeda pada setiap detik kehidupan berjalan. Walau embun tetap mengulum di setiap pagi, burung berkicau menyambut mentari dan pepohonan masih menunjukan ke-hijau-annya.

Petikan dari Sang Murabbi


"Satu hal yang harus kau pahami, kita hidup tidak sendirian di dunia ini. Ada tata acuan yang mengikat. Bila dilanggar mungkin akan terasa akibatnya sekarang juga. Baik berupa kerugian kehormatan, kesehatan apalagi yang bernilai. Marilah kita menarik pelajaran dari masa lalu, menarik manfaat, mensyukuri kenyataan baiknya dan menghindari kenyataan ruginya agar tak terulang lagi."

Kamis, 01 November 2012

Uhibbukunna fillah..

Ada yang menyesak di dada, saat kedekatan sudah mulai terasa. Ukhuwah namanya. Lalu, ada persoalan-persoalan dunia yang kembali datang menguji ketahanan azzam. Al-Quran. Siapkah kita menerpa badai uji, yang sebelumnya telah datang mendatangi kami. Sebelum kami melangkah ke sebuah rumah yang dibangun atas nama Al-Quran. Resiko realisasi azzam itu telah hadir, akibatnya kami harus kehilangan sebuah tempat kos yang nyaman; teman lama bercengkerama; jauhnya jarak; tersitanya porsi waktu privasi; dan hal-hal lainnya. Sampai urusan kerepotan mengatur jadwal kuliah, terlebih bagi mereka yang telah sibuk dengan organisasi dan hal-hal yang menyibukan diri dalam kebaikan.