Rabu, 02 Januari 2013

Ahlan bik, 2013

Setiap orang berteriak: Selamat Datang 2013! Meski dengan caranya masing-masing, baik riuh terompet, lantunan doa dalam muhasabah, pesan singkat, suara lantang maupun kata-kata yang membanjiri social media. Bagi saya, ya...ahlan bik, hehe (ngga nyambung).

Ada yang istimewa dengan tahun baru ini? Ah, tidak, biasa saja. Ada yang istimewa dengan angka tahun baru? Masya Allah, apalagi ini? Alhamdulillah, saya dilahirkan dalam keluarga yang cukup anti mainstream. Saat yang lain menyalakan petasan kembang api, sejak dulu kami cukup menikmatinya di beranda rumah. Orang-orang riuh rendah dengan perayaan ini dan itu, kami cukup bercerita dan bersendagurau dan tidur seperti biasanya. Sampai akhirnya, memasuki masa SMA, maka penghujung akhir dan awal tahun adalah waktunya untuk SWI (Studi Wisata Islam)! Agenda ROHIS SMA yang selalu dinanti. Tidak penting dibahas sih sebenarnya, hehe.
Tahun baru oh tahun baru. Sebentar, kalau ada tahun baru berarti ada tahun lawas. Begitukah? Ah, masa iya?

Bagi saya, tahun apapun itu adalah tahun yang sama dengan tahun sebelum dan sesudahnya. Kecuali, nilai yang kita tuai pada tahun itu. Bibit-bibit taqwa yang kita semai di sepanjang tahunlah yang membedakan. Bukan di awal permulaan. Karena pada hakikatnya, setiap bertambah satu hari usia kita maka kita tengah menjemput kematian satu hari lebih dekat. Dekat dan lebih dekat dengan kematian. Lalu, apa guna terompet, kembang api atau konser-konser itu? Apakah itu artinya kita tengah mempersiapkan mati sambil bergoyang mengikuti lagu atau mati bersama riuhan terompet? Itukah kondisi kematian yang dicari?

Tahun baru, ulang tahun. Adakah kegembiraan kala usia kita telah menua dan jatah umur di dunia berkurang dengan pasti? Lalu, apa makna kalimat-kalimat selamat yang orang-orang ucapkan kala itu? Apakah itu berarti orang-orang berharap kita segera mati? Iya, kita, aku, kamu dan kita semua.

Menghitung mundur pergantian jarum jam pada malam itu begitu dinantikan. Atau sebenarnya orang-orang sedang menghitung mundur kedatangan Izrail yang barangkali akan datang malam itu? Ah, yang benar saja. Begitu siapnya orang-orang itu. Lantas, semua orang akan meniupkan terompetnya masing-masing. Untuk apa? Untuk apa sebenarnya? Apakah semua orang sedang simulasi terompet Israfil yang barangkali saja hadir meruntuhkan langit dunia? Karena terompet Israfil itu sangat besar, maka semua orang bekerja sama membunyikan terompetnya. Mengetes, sekeras apa suara terompet Israfil itu?

Apa yang sebenarnya kalian lakukan? Berpesta menyambut kematian? Begitu siapnya kalian!

Untuk hal seperti ini saja, saya tak habis pikir. Apalagi ditambah realita bahwa dibalik gemerlapnya pesta pergantian tahun selalu ada khamr di setiap sudut, ekstasi ada di klab-klab dan zina barangkali merajalela. Hah? Benar-benar persiapan kematian yang luar biasa! Saya beri applause panjang, panjang sekali.

Selamat datang angka tua 2013. Dalam hitungan puluh tahun, engkau tepat 21 Abad. Sejak 14 abad yang lalu, Islam lahir dan memakmurkan bumi ini. Dan seingatku, Baginda Rasulullah Saw., Sang Pembaharu akhlak datang memperbaiki dan menyempurnakan. Jadilah orang asing bak pengembara, teguh dalam iman tak tasyabbuh pada siapapun tanpa ilmu. Maka, di penghujung tahun itu Aku memilih tidur dan meninggalkan hingar bingar dunia, berdoa Allah masih membangunkanku untuk menghadap-Nya kala yang lain lalai dalam tidur.

"Rabbanaa 'alaika tawakalna wailaka anabna wailakal mashiir.. Rabbanaa laa tadzar 'alal ardhi minal kaafiriina dayyaroo, Innaka intadzarhum yudillu 'ibadaka walaa yaliduu illa faajiron kaffaroo.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar