Senin, 24 Desember 2012

#eaa!

"Sudah lama kali, saya tak tengok blog ini. Macam mana pula, bah?"

Loh, kok nadanya jadi Medan, ya? Maklum, ada santri RQ yang berasal dari tanah Batak sana, Medan maksudnya. Jadi, ngikut deh. Tapi bukan itu sih yang penting. Setelah berganti tempat meski dinaungi oleh payung yang sama dan berganti pula penghuninya, sepertinya sudah lama saya tidak menulis tentang kisah rumah kami, rumah yang disemai tilawah di seluruh penjuru rumahnya.

Kali ini saya punya cerita baru yang berbeda dari sebelumnya. Ini adalah kisah kami #eaa namanya. Loh, kok? Tenang, bukan bermaksud menjadi 'alay', meskipun kadang kami nyeleneh, hehe. #eaa ini singkatan dari tiga kata: erqi, akuntansi, dan akhwat-aneh-atau apapun lah. Agak dipaksain ya? Yah, begitulah. Mungkin ini adalah ikatan untuk membumikan kebersamaan kami di erqi (Rumah Quran). Lah, emang selama ini di planet mana?

Akhwat paling senior #eaa1 namanya, kedua senior #eaa2 dan saya: #eaa3. Merasa senasib dan sepenanggungan, menjadi angkatan duaributua di antara maba-maba UI, sama-sama dari departemen akuntansi (kecuali saya, karena saya akuntansi syariah), dan kalau kita berkumpul maka yang terjadi adalah...*jerenjeng.. Heboh! Akan banyak kata-kata #eaa diulang beberapa kali.

Bukan, bukan ini yang penting. Tapi ada peristiwa yang baru saja terjadi, pengalaman baru dengan orang-orang yang baru satu bulan saya seatap dengan mereka. Kemarin, Ahad, ada agenda yang diwajibkan ustadz untuk semua santrinya: Rihlah Se-Erqi. Ada RQ UI Depok, RQ STIS, RQ STAN, RQ IPB, RQ Pasar Minggu dan RQ Pekayon. Kami, akhwat dan ikhwan sama-sama berjaulah ke tempat wisata Kebun Raya Bogor. Inikah yang penting? Bukan, sekali lagi bukan. Meski karena agenda ini, peristiwa penting itu terjadi.

Melobi para hati yang berat melangkah. Itulah judul pentingnya. Kenapa? Di awal pagi, saat para adik-adik akhwat memasak, mengemas dan bersiap-siap berangkat, ada sebagian adik dan kakak akhwat lainnya yang  berat untuk ikut serta. Mulai dari alasan syar'i, dana dan uas! Uniknya, untuk duo #eaa cukup disemangati dengan harakah. Hal-hal yang berbau militan. Lihat aja cara menyemangati kami.

"Ayo yang ngaku militan! Ta'atlah pada ulil amri!" (Putar mp3 Merah Saga-nya Shoutul Harakah).

Nah, untuk #eaa1, begini cara #eaa2 menyemangatinya: "Kakak..kalau toh kita nanti mati di perjalanan, insya Allah syahid! Ayo terus maju kakak, bergerak!" (iya kali kalau kita di Palestina, hehe)

#eaa sudah beres, giliran diri ini ikut melobi hati-hati lain, adik-adik akhwat yang masih unyu-unyu. Malu sebenarnya, karena mereka sudah memiliki banyak hafalan, ah..beda dengan diri ini. Astaghfirullah. Untuk adik Aghni, yang sudah tersedu-sedu dulu akhirnya bisa juga dilobi. Cukup mengulang surah Muhammad, "intanshurullah wayutsabbit aqdaamakum..". Saya yakin dia telah hafal ayat itu di luar kepala, maka dari itu ia langsung terdiam sejenak. Bahwa Allah akan memberi kemudahan, niatkan saja atas Allah, untuk Allah dan bersama Allah. Insya Allah beres! Kalau masalah-masalah lainnya, beres. Ada kami yang siap membantu.

Saya iseng buat guyon: "Gimana mau jihad di Palestina kalau kayak gini aja udah mewek? ^^". Di luar dugaan dia malah jawab: "Di Palestina 'kan ngga ada matematika..?" (Glek, lha wong guyonan doang kok dik, nyengir sambil mandangin dia yang masih berurai air mata. Geleng-geleng)

Nah, kali kedua: Izul. Saya paham, alasan dana sepertinya. Muniroh mengaku gagal membujuk, dia bingung harus berbuat apa. Saya? Saya juga bingung. Sama seperti sebelumnya, kuota iri saya semakin bertambah kepada adik yang hafalan jauh melampaui saya. Astaghfirullah. Ada yang menarik, meski masih mengulang cara yang sama. Saya tambahkan analogi muhajirin-anshar kali ini, karena saya tahu, pemahamannya cukup baik. Jadi, kami naikan intensitasnya. Muhajirin dan Anshar, sama-sama Allah muliakan mereka karena ukhuwah yang begitu eratnya. Hingga tak sungkan untuk membagi harta, tanah, rumah, ladang kerja bahkan istrinya. Bukankah belum sempurna iman kita jika belum dapat mencintai saudaranya layaknya ia mencintai dirinya? (Rabb, ampuni jika apa yang ku katakan belum ku lakukan)

Lalu..mengajak #eaa1 dan Muniroh, kami bersenandung untuknya. Untukmu teman, Brother munsyidnya. Ia yang tersedu sedan sejak tadi mulai mereda. Sampai ia benar-benar menyeka air matanya. Dan..akhirnya ia bangkit untuk bersiap dan berangkat! Berangkatlah kami seluruhnya menuju sana.. tempat di mana ukhuwah karena Al-Quran sedang disemai kembali.

Ah, Rabb.. terima kasih. Terima kasih kau sempatkan aku untuk mengubah air mata mereka, dan meyakinkan bahwa Engkau adalah Maha Besar dari apapun. Terima kasih. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar