Kamis, 13 Desember 2012

Menggagendakan Mati

Selepas rutinitas dhuha, tiba-tiba dikejutkan tanya teman sekelas yang sudah beberapa bulan lalu menggenapkan setengah dien-Nya.

   "Us, menurutmu gimana biar satu hari kita bisa bermanfaat? Kan kita ngga mungkin lepas dari dosa seumur hidup kita. Setahun, sebulan dan seminggu juga belum bisa. Sehari aja, susah bagi kita untuk tidak berdosa. Tapi mungkin bukan kalau kita menjaga diri tidak berdosa dalam semenit, dan detik?" (kata mba Lili)
Sukses, dia telah buat saya termangu dengan kalimat tanyanya. Terlebih oleh satu kata yang kalau tidak salah dinamakan bermanfaat. Oh, tidak. Apa yang harus saya jawab, sedang saya pun masih dalam proses dan belum memberikan manfaat apapun secara signifikan. Ya, saya masih dalam proses belajar. Tapi, kalau boleh jujur, agak ndak mudeng juga sih maksud pertanyaannya. Lha wong, tiba-tiba saya nyengir dan mengucap kata 'kontribusi'. Ngga nyambung bukan? ^^

Barulah, setelah dua akhwat lainnya datang dan satu diantaranya bercerita pengalaman training yang diikutinya bahwa ia punya PR: menuliskan agenda hidup sampai usia 70 tahun. Melebihi usia Rasulullah, ya? Saya sudah buat belum, ya? Pikir saya dalam hati. Menurutnya, kita perlu mempertegas visi dan misi hidup kita, mendetailkan mimpi kita hingga hitungan hari-bulan-tahun. Sedetail mungkin. Misal, hari ini saya akan melakukan ini, ini dan itu. Dengan begitu, kehidupan kita akan terencana dan sukses. Akhirnya, berubah juga nih mindsetnya, sodara! :) (Kok, jadi ingat TBM ya?)

"Nah, itu dia jawabannya. Menggagendakan seluruh pekerjaan kita selama seharian penuh maka ngga ada yang sia-sia dan 24 jam akan terasa bermanfaat. Makasih Eza!" (Tiba-tiba, saya nyeletuk sodara!)

Kami semua mengamini. Dengan mengagendakan kehidupan maka kita pun dapat memanajerial kebaikan untuk menghasilkan kemanfaatan. Dengan agenda, tak ada alasan bagi kita untuk berdiam diri. Kesalahan kita sebelumnya adalah terlalu general mengagendakan mimpi. Ia hanya terbenam dalam akal dan masa tahunan. Sehingga kita pun seringkali lupa, bahwa kita pernah merencanakannya.

Tapi, kok ada yang kurang ya? Apa dengan begitu urusan sudah selesai? Sebuah agenda tanpa disertai ruh yang menggerakan. Lama berpikir, akhirnya tercerahkan oleh sebuah nasihat tentang kematian. Ah, iya. Setelah mengagendakan kegiatan, tugas selanjutnya adalah mengagendakan mati. Bukan persoal kapan, dimana dan bagaimana. Karena hal tersebut merupakan hak perogeratif Allah. Yang jelas, agendakanlah kesudahan akhir hidup kita. Karena, hanya dengan mengingat mati kita akan sadar bahwa betapa berharga tiap detik dan menit yang ada sekarang ini. Tidak ada pengulangan hidup dua kali. Ia adalah masa sementara yang menuntut pertanggungjawaban. Dengan demikian, lebih tepat jika kita simpulkan: "bahwa dengan mengingat kematian, kita akan mampu mengorganisir kegiatan kehidupan untuk kehidupan akhirat yang abadi."

Allahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar