Senin, 24 Maret 2014

Ruang Kecil #1: Beginilah Fitrahnya

Mungkin beginilah fitrahnya, kesulitan dan kemudahan itu hadir bersamaan amalan kita. Bukan soal besar dan kecilnya, bukan soal kuantitas dan kualitas yang menjadi hak perogatif Allah semata. Bukan soal ikhlas dan tindak tanduk hati yang tak terlihat itu. Tapi ini soal niat, motif yang mengawali, mengikuti dan mengakhiri segala perbuatan kita. Ah, benar kata-kata itu. Aku lupa siapa bagaimana narasinya pun siapa naratornya. Yang ku ingat, ia adalah seorang ulama di zamannya, kira-kira ia berucap begini:
"Aku melihat imanku pada apa yang terjadi di sekelilingku."

Jikalau di sebuah pagi, saat kaki ini melangkah pergi tiba-tiba ayam mematuk, pertanda istighfar harus terus dijalankan. Jikalau di tengah hari, caci-maki mengarah pada diri, barangkali diri masih harus terus beristighfar. Jikalau di penghujungnya ia masih terkena hal-hal kecil nan menjengkelkan, barangkali sepanjang hari ini, diri melakukan banyak kesalahan. Lagi-lagi istighfar sebagai peluruhnya.

Seorang trainer yang kadung terkenal itu mengatakan, hal ini merupakan energi yang diciptakan oleh diri kita sendiri. Dan energi itu menyebar, panas dinginnya, besar kecilnya, tanpa pernah bisa dimusnahkan. Ia bertransformasi menjadi bentuk lain setingkat dengan energi yang dikeluarkan. Amarah misalnya, jika ia termuntahkan di sebuah tempat, ia akan berpulang kembali kepada empunya di lain tempat. Pun dengan senyum, energi yang menenangkan ini pun akan selalu kembali kepada sang empu di lain tempat dan waktu.

Lagi dan lagi, masih terus mengurai makna dari peristiwa yang ada. Siapkan pena dan lembar kitab untuk mecatatnya. Sebuah tanya lantas hadir, siapkah mata, telinga dan hati itu mencernanya? Sungguh, beruntunglah wahai ulul albab itu.

Ruang kecil tepi hati,
Bersama lantunan kesunyian yang dinanti.

2 komentar: