Sudah berapa banyak coretan warna di kanvasmu, kawan?
Kita mengenal hitam sebab ada putih, kita mengenal merah sebab ada biru. Pun kita mengenal lengkung, lurus dan bulat karena mereka bertemu dalam 'perbedaan'. Terkadang, yang beda itu menarik. Terkadang pula, beda menjadi hal yang aneh bagi mata yang memandang. Seperti label baik dan buruk. Seringkali dua kata itu demikian mudahnya terlepas pada orang-orang dengan kanvas yang tak banyak berwarna. Bagi mereka pemilik kanvas yang penuh dan bercorak menarik, justru hanya bersentimen 'biasa saja'. Baginya, menarik atau tidaknya, baik atau buruknya, ia tergantung sang pemilik kanvas. Dengan waktu yang tersedia, akankah ia tambahkan corak lain sehingga memperbaiki lukisan pada kanvasnya. Atau ia semakin menggeru, mengobrak-abrik tatanan warna menjadi amat menjengkelkan.
Fiuh. Kanvas, seribu warna, seribu corak adalah hak privasi setiap pribadi. Akan tetapi, siapa pun pemilik kanvasnya, bagaimana pun corak yang akan dibentuknya, akan selalu ada orang dengan 'sentimen-sentimen' tertentu ikut andil dalam proses pewarnaannya. Baik itu sentimen positif, atau sentimen negatif. Bagi sebagian orang, ia adalah pembangun, pencerah warna dan corak lukisannya. Bagi sebagian lain, ia tak ubahnya angin lalu. Membelai dengan lembut, namun ia acuh.
Hah, begitu tertariknya aku pada padanan ini. Duhai, bagaimana dengan kanvasku? Masihkah ia tergulung malu karena coretannya tak berbentuk? Atau sedemikian tak berinspirasinya aku, hingga bingung melukiskan apa?
Ruangan kecil #2,
Bersama alunan lembut yang menggetarkan
Meredam gejolak-gejolak yang ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar