Minggu, 17 Agustus 2014

Ngeri

Satu hari, rasanya aneh menjalar ke seluruh tubuhku. Ada yang berbeda dari pandangan mata. Tak seperti biasa, ia bak menembus cakrawala yang menyilaukan itu. Kegalauan mendera diri, mengapa semua pandang terasa berbeda. Ada amanah dari setiap pemberian, ada tanggung jawab dari setiap kepercayaan. Pun dengan kedua tangan ini, ku pandang ia lekat-lekat, "adakah aku telah amanah dan tanggung jawab atas pemberian dan kepercayaan-Nya?"

Kadang, masa depan menimbulkan kengerian. Adakah aku mampu melaksanakannya kelak? Jika sempat ia menengok masa lampau, mengerucut jadinya. Aku belum berbuat apa-apa. Apa yang harus dipersaksikan? Jika tangan, kelopak mata, helai rambut bersatu padu mengadu akan tuannya? Ditambah cercaan dari telinga, kaki serta perutnya? Jika di kemudian hari nanti, jantung, paru, syaraf dan otaknya mengadu kezhaliman akan tuannya? Sedang lidahku sudah tak mampu berkilah.

Apakah aku sanggup menerima kritik dan pengaduan itu? Bertambah mual memikirkan semuanya. Duhai, ngerinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar