Kamis, 14 Agustus 2014

Sahabat, Lihatlah Mata Ayah

Teruntuk sahabatku,

Tidak terasa, ya, waktu bak sekejap berlalu. Demikian cepatnya.
Kini tiba bagimu, detik-detik menuju peralihan bakti.
Dari seorang anak menjadi istri.
Kepada orang tua menjadi suami.

Jika akad telah diucap, pertanda sah kewajiban ayah telah usai.
Menghadirkan bagimu ibu yang baik, memberi nama yang baik,
juga pendidikan yang layak.
Mengajar Quran dan kitab-Nya, meski melalui tangan para guru.
Sampai ia menjadikan anak-anak perempuannya,
menjadi Shalehah.
Wanita yang terjaga kesuciannya, terjaga dari marabahaya.

Meski, kadang pahit dan getir dirasa.
Sungguh, ada bait-bait pengharapan ayah dan ibu kepada Dia,
untuk anak-anaknya.
Agar Dia menggantikan belai lembut ayah ibu kepada anaknya,
secara tidak langsung.
Melalui bait-bait ujian dunia,
agar sang anak mengerti kehidupan.

Hingga di kemudian hari, kita sadari.
Selalu ada belai lembut doa-doa ayah juga ibu.
Di balik tangis yang tak didengar, dibalik gundah yang tak nampak.
Mereka, dengan semua keterbatasannya, telah berbuat banyak hal.
Menjadi orang tua terbaik dan terhebat yang pernah ada,
bagi anak-anaknya.

Hingga kita sadari di kemudian hari.
Masihkah tersisa waktu untuk kita berbakti?

Dan kita lihat nanti,
saat akad yang amat berat itu ditunaikan
dan dipersaksikan seluruh makhluk langit dan bumi.
Akad nan berat,
menggetarkan 'arsy-Nya yang agung.

Sahabat, lihatlah mata ayah.
Lihatlah bening matanya yang memerah.
Dua mata bening itu menangis sejadinya, sebisanya.
Melepas gadis kecilnya..
Menjadi ibu shalehah.
Semoga, tangisnya adalah kebahagiaan.
Sebab ia telah berhasil menjadikan kita,
menjadi sebaik-baik ibu bagi anak-anak kita, kelak.


Ruangan Kecil,
Di pelataran doa-doa terbaik kepada-Nya
Semoga kelak, kau mampu mengemban amanah sebaik-baiknya
Menggenggam dua kunci surga, dari keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar