Kamis, 16 Oktober 2014

Membersamaimu

"Tidak, aku pun cukup lama berproses membersamainya. Sulit mudahnya, titik-titik nadir kejemuan hingga perasaan yang tak mau berpisah. Aku membersamainya laksana grafik yang naik turun tak beraturan. Curam, signifikan dan tajam. Namun satu hal yang ku jaga sejak dulu, di balik keterbatasan kemampuan, aku punya satu cita. Terus membersamainya sesulit apapun itu. Hingga tanpa ku sadari, di bilangan waktu tertentu aku menemui kemudahan demi kemudahan. Bahwa semua itu berproses, termasuk membersamainya. Niscaya, di kemudian hari, engkau akan merasakannya. Laksana buliran huruf hanya diturunkan kepadamu, tepat di hadapanmu. Dia yang bersinggasana di 'arsy sana, membuka hatimu dan melapangkannya. Hingga tindak-tandukmu amat begitu dekat kepada-Nya. Hingga, engkau akan terus merasa terjaga. Hingga, hanya kebaikan yang akan terucap. Hanya kalimah-kalimah yang meninggikan-Nya, tanpa kita sadari. Nikmatilah, proses panjang membersamainya. Sulit mudahnya, menemui titik nadir kejemuan hingga bertemu perasaan yang tak mau berpisah."

Ku tatap ia lekat-lekat, jadilah sahabat surgawi ku, kini hingga kelak. Proses membersamaimu adalah proses seumur hidup yang tak lekang dibatasi waktu. Aku, ingin terus membersamaimu. Hingga kelak, kau menjadi pendar cahaya yang menerangi dan membawa kami turut serta dalam naungan yang tiada naungan selain Dia. Menjadi ahlullah, keluarga Allah. Menjadi bagian dari penjagaan al-Quran.

Ruangan kecil kini dipenuhi kesenduan,
di antara harap dan bait-bait doa.
Bersamamu, sebaik-baik pengharapan dan penghibur lara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar