Selasa, 28 Oktober 2014

Andilau, antara Dilema dan Galau

Arbitrer. Menyuarakan sekehendak hati, itu sah-sah saja. Toh, ia hadir dari lisan kita sendiri. Tapi, ada kesepakatan-kesepakatan konvensional yang nyatanya harus ditemui di sepanjang jalan. Pada akhirnya, pertemuan ini akan menghasilkan konsesus. Manakah yang seharusnya menjadi bahasa diri?

Subjektif memang, jika tengah membicarakan diri sendiri. Namun, jika keputusan itu menghasilkan akibat yang berdampak bagi orang banyak, utamanya pergerakan sebuah roda organisasi, konsesus terjadi. Disinilah, aku berada. Berada di persimpangan, tapi tetap harus ditegaskan. Keputusan seperti apa yang hendak dipilih?
Aaargh.. Kamehame.. Keluarkan jurus andalan dengan kekuatan penuh. Hah! 
Konsekuensi itu pasti, tapi.. Ini dia masalahnya. Tapi yang hadir dengan kemungkinan-kemungkinan akan masa depan. Di satu sisi, seperti mengabaikan takdir yang sudah termaktub. Di sisi lain, ada ratusan, ribuan bahkan milyaran cita yang ingin disematkan satu per satu. Tapi.. ia kembali hadir menggoda koneksi sintom akson dan dendrit. Membentuk jalinan syaraf, terus menyambung yang panjang rangkaiannya melebihi jarak keliling bumi. Hah!
Andilau - antara dilema dan galau. :3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar