Selasa, 20 November 2012

Jawabnya: Di manakah Letak Keimananmu?

Membangun hati penuh iman itu mudah dan sangat sulit. Tergantung di mana bumi ini dipijak. Begitu mudah memiliki hati bersih dan terasa sempurna keimanannya dalam me-nunggal-kan Allah, bila kaki ini berpijak dalam lingkungan penuh iman, komunitas shalih, para pecinta kalam Allah yang terbina dengan ukhuwah. Dalam lingkungan penuh berkah ini, seakan-akan kitalah salah satu shalih tersebut. Begitu menggelora, bersemangat dakwah dan terpatri janji kan tegakkan panji Ilahi di bumi pertiwi.

Namun, kisah hati akan lain ceritanya ketika kaki berpijak di luar komunitas shalih. Heterogenitas benar-benar menguji konsepsi diri. Integritas keimanan terancam di ambang batas bila tak sigap. Pemakluman demi pemakluman, lama kelamaan menjadi pembenaran dari setiap penyimpanan. Sedikit demi sedikit akhirnya membukit. Kecil jadi besar, sembunyi menjadi terang-terangan dan sendiri menjadi berkelompok. Ketika di ujung ke-kritis-an iman, diri ini merasa tak berdaya. Benar-benar tak berdaya. Futur, ya, futur. Puncak kekritisan hati, tempat bernaungnya iman.

Lalu, rasa rindu pun muncul. Mendera jiwa yang haus akan selaksa kerinduan. Rindu saat-saat ketenangan hati nan nikmatnya iman. Rindu kala jiwa merindukan Tuhannya, semangat dakwah dan merindukan kematian. Kemuliaan dalam akhir hayatnya. Rindu itu, benar-benar menggelora.

Raga pun akhirnya tersungkur, pasrah dalam sujudnya. Air mata tak mampu dibendung. Benar-benar titik krisis dalam hidup. Memohon dan memohon. Lalu, apakah dengan mudah kita kembali?

Tidak, kawan. Justru di saat inilah ujian sebenarnya. Pembuktian dan pembenaran. Jalan mana yang akan engkau pilih, "Fujuraha wa Taqwaha". Ketika hati mulai mengkisahkan pilihannya. Itulah dirimu selanjutnya. Kebenaran atau kesesatan. Lalu, manakah yang akan kau pilih?

Jawabnya: Di manakah letak keimananmu?

 Ciputat, 14 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar