Senin, 30 Juni 2014
Melayang
Seorang kawan pernah berkata, "kau ini nampak bak ilalang, selalu ingin terbang." Aku tersenyum, berterima kasih padanya. Memang begitulah. Sebagaimana kini, terbang dan mengangkasa adalah sebagian dari apa yang dibenaknya. Mendengarnya saja, seketika ia hendak melayang mengikuti kemana angin pergi, lalu mengantarkannya ke titik peraduan cahaya. Melebur dan mengikuti alur perpindahan dimensi menuju sebelas anak tangga dimensi hingga puncak tertinggi.
Disana, di suatu tempat dan masa yang tak mampu dikalkulasi. Aku selalu bermimpi melayang, melangit menuju-Nya. Melintasi gumawan menuju batas warna hitam dan biru.
Merindu Wajah Itu
Selamat datang Ramadhan, hari yang dinanti oleh jiwa yang merindu. Apalagi kalau bukan kerinduan pada masa dimana orang-orang menjadi kembali putih sediakala. Dimana lapar dan dahaga menjadi aktivitas yang mengasyikan. Semua orang berlomba-lomba mengulurkan tangan memberi sedekah. Menjaring beragam amal shaleh yang lama tak dilakukan sepanjang 11 bulan yang lalu.
Kamis, 26 Juni 2014
Rumput
Hijau, indah dan embunnya segar membasahi tanah.
Tapi sayang, ia adalah rumput.
Siapa yang peduli pada keindahannya?
Padahal kesempurnaan telah Ia titipkan padanya.
Akan terus menyeruak di antara bebatuan dan tanah mati,
terus hidup meski terinjak dan lagi.
Terima kasih, dik.
Rabu, 18 Juni 2014
Haru Biru
Rabu, 11 Juni 2014
Kerinduan yang Mengharu Biru
Aku rindu masa itu, ketika himpitan dunia tak lagi merajaiku. Masa dimana kebebasan mutlak atas semua masalah yang seringkali terasa menyebalkan.
Aku rindu masa itu, tapi akal menarikku untuk sejenak berpikir. Ia tak sekalipun menolak keinginanku. Namun ia mempertanyakan satu hal,
"Lalu, apa yang hendak kau jawab nanti ketika pulang soal tugas-tugas itu?"
Ah, menyebalkan. Tapi, benar juga apa yang dikatakannya. Baiklah, aku akan berupaya dengan sangat gigih menyelesaikannya. Aku tak ingin lama-lama disini. Bismillah, lillah, fillah.
Diantara sesak penumpang,
Menuju satu pilin masalah yang menguras sebagian energi.
Semoga,
Kebaikan terus mengalir di awal hingga penghujungnya.
Masih terus menatap angkasa,
Membiru dan menggelapnya,
Sebagai satu ayat yang membuatku bertambah cinta.
Selasa, 10 Juni 2014
Gerbong #1
Jadilah seorang yang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah pengantar shalihnya orang-orang di sekelilingnya. Sebab surga terlampau luas untuk kita tempati sendiri.
Jadilah seorang yang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah panutan akhlak bagi orang di sekelilingnya. Dunia begitu sepi oleh orang-orang yang berakhlak mulia.
Jadilah seorang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah sumber ilmu dan pengetahuan yang mencerdaskan orang-orang di sekelilingnya. Bumi terasa sempit dan gersang oleh kebodohan.
Jadilah seorang yang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah penuntun orang-orang sekelilingnya untuk mengeja alif-ba-ta hijaiyah.
Jadilah seorang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah terbantunya urusan kaum muslimin. Harta, tenaga, pemikiran bahkan jiwa tergadai hanya untuk fi sabilillah.
Ya, ya, ya wahai diri. Jadilah engkau seorang muslih, sebagaimana Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali mencontohkan. Sebab karena kerinduan yang menggelora bertemu wajah-Nya.
Di dalam deru kereta yang mengular. Terbetik kata-kata yang hampir lepas.
Dalam ceruk kebodohan,
Masih terus menjadi mimpi..
Suatu saat,
Menjadi warna putih,
Menjadi sumber warna alami dunia.
Manggarai, 13 Sya'ban 1435