Lamat-lamat, semuanya bersatu padu membentuk kerangka tanya besar. Siapa sebenarnya yang salah? Mengapa harus terjadi di sini, negeriku, Indonesia. Tempat aku bertumpah darah ibuku sebelum dada sesak menghirup udara baru, dunia. Tempat di mana ku bisa merasa bangga padanya, dan tak jarang menahan malu hanya untuk menyatakan: AKU ANAK INDONESIA.
Oh, negeriku sayang negeriku malang. Malunya, menjadi anak Indonesia. Begitulah kata orang. Tapi, sejenak ku berpikir. Bukankah negeri ini super kaya dan berkelimpahan potensi?
Sebuah lembar titah cinta sang Pencipta ku temukan,
ولو أنّ أهل القرى ءامنواْ واتقوْا لفتحْنا عليهم بركــتٍ مّن السّماء والأرْض ولكنْ كذّبوا فأخدهم بما كـانوا يكسبون
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Al-a'raf: 96)

Tapi, aku masih belum mengerti. Mengapa Indonesiaku? Bagaimana ini bisa terjadi? Dan akankah...semuanya dapat berakhir?
Masih terbuka lebar lubang yang dipenuhi asap tebal kebodohan. Allahu'alam.
Rabbi zidni 'ilman war zuqni fahman, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar