Selasa, 27 Mei 2014
Let's Evaporate!
Marah!
Sudahlah, anak muda. Aku hendak marah hari ini. Cobalah dengar dan baca dulu sebelum mengomentari sesuatu. Pikirkanlah, gunakan ia sebelum berucap apapun. Kalau sudah, what's problem now? Ada? Soal waktu saja kan?
Hei, anak muda. Jangan tabzir! Kau boroskan fungsi inderamu? Allah sudah anugerahkan telinga dan mata di atas mulut, agar kita bisa mendengar dan melihat lebih dulu. Pun jumlahnya ganda, agar kau mampu melihat dan mendengar lebih banyak dan lebih lama dari lisanmu.
Dan..otakmu! Letaknya yang paling tinggi, agar kau pertimbangkan segala sesuatu sebelum berkata dan bertindak apapun!
Kau dengar, anak muda?
Kita lihat, apakah kau akan membuat semua analogi buruk untuk mencercaku? Beranjak pergi serta tak lupa menghardikku. Lalu mengadu pintu dan kusen untuk mengangetkanku? Padahal, bagaimana pun ekspresimu, sejenak kemudian aku akan lupa. Lingkunganmu tak aman karenamu. Hancur hanya untuk tahu bahwa kau sedang marah.Kau kecele!
Atau barangkali, kau akan pergi begitu saja. Raib dari penglihatanku, tanpa suara dan tanpa jejak. Tapi tak apa, setidaknya kau tak habiskan emosimu dan menyalurkannya pada benda-benda keras di sekitarmu. Marahmu tak merugikan siapapun di sekitarmu. Tak beriak, tak bergaduh. Aman bagi kami.
Atau kau memilih tidur dan menghapus marahmu dengan menganggapnya sebagai bagian dari tidurmu? Kau selamat!
Atau kau memilih diam seribu bahasa? Tapi matamu mendelik tajam ke arahku. Bukumu penuh coretan sebagai pelampiasan ekspresimu? Kalau dia tak ada? Kau kemanakan ekspresimu yang butuh pelampiasan itu? Menyimpannya dalam dendam? Hancur dirimu berkalung dendam, padahal aku telah lupa jauh-jauh waktu.
Atau, kau justru memilih menepi. Membasuh wajah dan anggota tubuh sambil memohon ampun sebagian salahmu itu? Tak terbesit dendam, melainkan pohonkan ampun buatku karena telah mengingatkanmu? Doamu terasa panjang dan lama..sekali. Begitu khusyuk, buatku iri sekaligus kagum padamu. Maka dari itu, aku percayakan sebagian urusanku padamu.
Bagaimana anak muda? Kau dengar semua ocehanku?
Jumat, 23 Mei 2014
Ruang Kecil #4: Cinta
Kau tahu, sahabat? Aku tengah jatuh cinta! Berjuta indah rasanya. :)Ah, cinta. Lama nian aku mencari makna kata itu. Kata yang demikian luar biasanya mengantarkan aku pada fase seperti ini, begitu amat sempit bagi kebanyakan orang. Tapi bagiku, cinta memiliki magnet kebahagian yang luar biasa. Sembari mengiyakan potongan prosa milik Kang Abik,
Cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibbah, itulah cinta!
Aku dan Hening
Pondasi Iman
Sahabat oh Sahabat
Aku menghela nafas. Berkaca pada lika-liku persahabatanku sejak lalu. Dan..sebuah titik terang muncul.
Tanya Jawab: Hening
Tentang Cinta dan Kerinduan
Takdir
Langkahku masih berpacu. "Sekali-kali tidak. Takdirku adalah ketika semua pintu telah diketuk, terbuka atau tidaknya, itu baru takdirku.."
Pendarnya, Cahayamu..
Lompatan Intelektualitas
Minggu, 18 Mei 2014
Bolehkah Aku Mengeluh?
Jumat, 16 Mei 2014
Ruang Kecil #3: Sebab Amanah
"Begini Us, laki-laki itu berbeda dengan suami. Maka dari itu, laki-laki shalih belum tentu menjadi suami yang shalih. Pun ketika menjadi ayah, suami yang shalih belum tentu menjadi ayah yang shalih."
"Sebab amanah ya, pak?"
"Ya, betul. Karena itu menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat mengemban amanah."
"Hal ini juga berlaku untuk perempuan?"
"Ya!"
Begitu besarkah amanah itu? Akson dan dendrit sejenak berhenti, mencari alur yang baru. Adakah muara syaraf lain yang menghantarkan informasi baru?
Senja, Mei 2014
Ruang Kecil