Minggu, 28 Desember 2014
Sabarlah, wahai diri..
Rabu, 19 November 2014
Tanpa Judul (random)
Rabu, 29 Oktober 2014
Rahman, Sa'idni ya Rahman
Selasa, 28 Oktober 2014
Andilau, antara Dilema dan Galau
Senin, 27 Oktober 2014
Bumbu Ikan
Kayaknya, kita lebih senang makan bumbu ikan yang enak daripada ikannya itu sendiri. (@backpackerinfo)
Pun, kita lebih sering mengeluh rasa bumbunya yang kurang enak dibanding ikannya itu sendiri (@sitiusbandiyah)
Bertumbuh
من الحبة تنشائ الشاجرة
"Bertumbuh dari sebuah biji, tumbuh dan berkembang menjadi pohon impian"Waktu itu, laksana diburu oleh waktu, berpacu, bergerak cepat dan berharap segera menyelesaikan. Kemudian kecewa, tak jua bertemu garis akhir di tiap perbatasan. Yang ada, justru jeweran demi jeweran kepada diri yang keburu nafsu. Ah, malunya. Duhai Rabb, terima kasih atas segala perjalanan tarbiyah-Mu melalui sahabat surgawi ini.
Kamis, 16 Oktober 2014
Membersamaimu
"Tidak, aku pun cukup lama berproses membersamainya. Sulit mudahnya, titik-titik nadir kejemuan hingga perasaan yang tak mau berpisah. Aku membersamainya laksana grafik yang naik turun tak beraturan. Curam, signifikan dan tajam. Namun satu hal yang ku jaga sejak dulu, di balik keterbatasan kemampuan, aku punya satu cita. Terus membersamainya sesulit apapun itu. Hingga tanpa ku sadari, di bilangan waktu tertentu aku menemui kemudahan demi kemudahan. Bahwa semua itu berproses, termasuk membersamainya. Niscaya, di kemudian hari, engkau akan merasakannya. Laksana buliran huruf hanya diturunkan kepadamu, tepat di hadapanmu. Dia yang bersinggasana di 'arsy sana, membuka hatimu dan melapangkannya. Hingga tindak-tandukmu amat begitu dekat kepada-Nya. Hingga, engkau akan terus merasa terjaga. Hingga, hanya kebaikan yang akan terucap. Hanya kalimah-kalimah yang meninggikan-Nya, tanpa kita sadari. Nikmatilah, proses panjang membersamainya. Sulit mudahnya, menemui titik nadir kejemuan hingga bertemu perasaan yang tak mau berpisah."
Ku tatap ia lekat-lekat, jadilah sahabat surgawi ku, kini hingga kelak. Proses membersamaimu adalah proses seumur hidup yang tak lekang dibatasi waktu. Aku, ingin terus membersamaimu. Hingga kelak, kau menjadi pendar cahaya yang menerangi dan membawa kami turut serta dalam naungan yang tiada naungan selain Dia. Menjadi ahlullah, keluarga Allah. Menjadi bagian dari penjagaan al-Quran.
Ruangan kecil kini dipenuhi kesenduan,
di antara harap dan bait-bait doa.
Bersamamu, sebaik-baik pengharapan dan penghibur lara.
Kerikil
Rabu, 24 September 2014
Telur
Senin, 22 September 2014
Pertalian yang Rumit
Minggu, 14 September 2014
Goda
"Duhai Rabbi, lapangkanlah, lapangkanlah. Biar hati ini tetap lapang selapang samudera yang tak pernah mengecap asin. Bukan karena tak bergaram, sebab ia terlampau tawar dengan banyaknya garam."
"Anugerahkanlah rasa kecukupan atas berlimpahnya nikmat-Mu yang tak berhitung itu. Jangan sempatkan ia mengecap keluh sebab yang dipikirkannya. Anugerahkanlah ia kemampuan bersyukur atas nikmat-nikmat yang kecil, sehingga ia terjaga kesyukurannya atas nikmat-nikmat yang besar."
"Rabb, jangan lama-lama ya, mengujinya."
Tergelitik sendiri dibuatnya, namanya juga menggoda dalam doa. :D
Minggu, 31 Agustus 2014
Ayah
Mulaikanlah ia, Rabb. Muliakan. Sungguh, ia adalah surga baginya. Rabb, muliakanlah.
Selasa, 19 Agustus 2014
Sama
Minggu, 17 Agustus 2014
Ngeri
Kadang, masa depan menimbulkan kengerian. Adakah aku mampu melaksanakannya kelak? Jika sempat ia menengok masa lampau, mengerucut jadinya. Aku belum berbuat apa-apa. Apa yang harus dipersaksikan? Jika tangan, kelopak mata, helai rambut bersatu padu mengadu akan tuannya? Ditambah cercaan dari telinga, kaki serta perutnya? Jika di kemudian hari nanti, jantung, paru, syaraf dan otaknya mengadu kezhaliman akan tuannya? Sedang lidahku sudah tak mampu berkilah.
Apakah aku sanggup menerima kritik dan pengaduan itu? Bertambah mual memikirkan semuanya. Duhai, ngerinya.
Kamis, 14 Agustus 2014
Lingkaran
Kenapa lingkaran? Sebab hanya bentuk ini yang menjadikan titik pusatmu sama ke berbagai sisi. Semakin ke dalam, semakin kau tahu siapa dirimu.
Sahabat, Lihatlah Mata Ayah
Tidak terasa, ya, waktu bak sekejap berlalu. Demikian cepatnya.
Kini tiba bagimu, detik-detik menuju peralihan bakti.
Dari seorang anak menjadi istri.
Kepada orang tua menjadi suami.
Selasa, 29 Juli 2014
Kendur
Teringat beberapa waktu lalu, kala Ramadhan baru menginjak hitungan hari. Menjadi manusia seutuhnya yang berhak bahagia dengan apa pun yang dilakukannya. Mengendurkan semua target sembari melemaskan syaraf-syaraf yang menegang. Sedih memang, sebab Ramadhan kali ini tidak lagi seistimewa dengan jahadah yang maksimal. Tapi, justru Allah menanugerahkan nikmat-nikmat lain yang membuatku terbelalak sendiri. Tugasku kini adalah terus mengulang hamdalah. Duhai Rabbi, terima kasih, terima kasih. Kesyukuranku tertinggi hanya kepada mu.
Syawal hari ketiga,
Pekalongan
Kamis, 03 Juli 2014
Kembali, Abstrak
Senin, 30 Juni 2014
Melayang
Seorang kawan pernah berkata, "kau ini nampak bak ilalang, selalu ingin terbang." Aku tersenyum, berterima kasih padanya. Memang begitulah. Sebagaimana kini, terbang dan mengangkasa adalah sebagian dari apa yang dibenaknya. Mendengarnya saja, seketika ia hendak melayang mengikuti kemana angin pergi, lalu mengantarkannya ke titik peraduan cahaya. Melebur dan mengikuti alur perpindahan dimensi menuju sebelas anak tangga dimensi hingga puncak tertinggi.
Disana, di suatu tempat dan masa yang tak mampu dikalkulasi. Aku selalu bermimpi melayang, melangit menuju-Nya. Melintasi gumawan menuju batas warna hitam dan biru.
Merindu Wajah Itu
Selamat datang Ramadhan, hari yang dinanti oleh jiwa yang merindu. Apalagi kalau bukan kerinduan pada masa dimana orang-orang menjadi kembali putih sediakala. Dimana lapar dan dahaga menjadi aktivitas yang mengasyikan. Semua orang berlomba-lomba mengulurkan tangan memberi sedekah. Menjaring beragam amal shaleh yang lama tak dilakukan sepanjang 11 bulan yang lalu.
Kamis, 26 Juni 2014
Rumput
Hijau, indah dan embunnya segar membasahi tanah.
Tapi sayang, ia adalah rumput.
Siapa yang peduli pada keindahannya?
Padahal kesempurnaan telah Ia titipkan padanya.
Akan terus menyeruak di antara bebatuan dan tanah mati,
terus hidup meski terinjak dan lagi.
Terima kasih, dik.
Rabu, 18 Juni 2014
Haru Biru
Rabu, 11 Juni 2014
Kerinduan yang Mengharu Biru
Aku rindu masa itu, ketika himpitan dunia tak lagi merajaiku. Masa dimana kebebasan mutlak atas semua masalah yang seringkali terasa menyebalkan.
Aku rindu masa itu, tapi akal menarikku untuk sejenak berpikir. Ia tak sekalipun menolak keinginanku. Namun ia mempertanyakan satu hal,
"Lalu, apa yang hendak kau jawab nanti ketika pulang soal tugas-tugas itu?"
Ah, menyebalkan. Tapi, benar juga apa yang dikatakannya. Baiklah, aku akan berupaya dengan sangat gigih menyelesaikannya. Aku tak ingin lama-lama disini. Bismillah, lillah, fillah.
Diantara sesak penumpang,
Menuju satu pilin masalah yang menguras sebagian energi.
Semoga,
Kebaikan terus mengalir di awal hingga penghujungnya.
Masih terus menatap angkasa,
Membiru dan menggelapnya,
Sebagai satu ayat yang membuatku bertambah cinta.
Selasa, 10 Juni 2014
Gerbong #1
Jadilah seorang yang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah pengantar shalihnya orang-orang di sekelilingnya. Sebab surga terlampau luas untuk kita tempati sendiri.
Jadilah seorang yang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah panutan akhlak bagi orang di sekelilingnya. Dunia begitu sepi oleh orang-orang yang berakhlak mulia.
Jadilah seorang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah sumber ilmu dan pengetahuan yang mencerdaskan orang-orang di sekelilingnya. Bumi terasa sempit dan gersang oleh kebodohan.
Jadilah seorang yang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah penuntun orang-orang sekelilingnya untuk mengeja alif-ba-ta hijaiyah.
Jadilah seorang muslih, dengan keberadaan dirinya adalah terbantunya urusan kaum muslimin. Harta, tenaga, pemikiran bahkan jiwa tergadai hanya untuk fi sabilillah.
Ya, ya, ya wahai diri. Jadilah engkau seorang muslih, sebagaimana Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali mencontohkan. Sebab karena kerinduan yang menggelora bertemu wajah-Nya.
Di dalam deru kereta yang mengular. Terbetik kata-kata yang hampir lepas.
Dalam ceruk kebodohan,
Masih terus menjadi mimpi..
Suatu saat,
Menjadi warna putih,
Menjadi sumber warna alami dunia.
Manggarai, 13 Sya'ban 1435
Selasa, 27 Mei 2014
Let's Evaporate!
Marah!
Sudahlah, anak muda. Aku hendak marah hari ini. Cobalah dengar dan baca dulu sebelum mengomentari sesuatu. Pikirkanlah, gunakan ia sebelum berucap apapun. Kalau sudah, what's problem now? Ada? Soal waktu saja kan?
Hei, anak muda. Jangan tabzir! Kau boroskan fungsi inderamu? Allah sudah anugerahkan telinga dan mata di atas mulut, agar kita bisa mendengar dan melihat lebih dulu. Pun jumlahnya ganda, agar kau mampu melihat dan mendengar lebih banyak dan lebih lama dari lisanmu.
Dan..otakmu! Letaknya yang paling tinggi, agar kau pertimbangkan segala sesuatu sebelum berkata dan bertindak apapun!
Kau dengar, anak muda?
Kita lihat, apakah kau akan membuat semua analogi buruk untuk mencercaku? Beranjak pergi serta tak lupa menghardikku. Lalu mengadu pintu dan kusen untuk mengangetkanku? Padahal, bagaimana pun ekspresimu, sejenak kemudian aku akan lupa. Lingkunganmu tak aman karenamu. Hancur hanya untuk tahu bahwa kau sedang marah.Kau kecele!
Atau barangkali, kau akan pergi begitu saja. Raib dari penglihatanku, tanpa suara dan tanpa jejak. Tapi tak apa, setidaknya kau tak habiskan emosimu dan menyalurkannya pada benda-benda keras di sekitarmu. Marahmu tak merugikan siapapun di sekitarmu. Tak beriak, tak bergaduh. Aman bagi kami.
Atau kau memilih tidur dan menghapus marahmu dengan menganggapnya sebagai bagian dari tidurmu? Kau selamat!
Atau kau memilih diam seribu bahasa? Tapi matamu mendelik tajam ke arahku. Bukumu penuh coretan sebagai pelampiasan ekspresimu? Kalau dia tak ada? Kau kemanakan ekspresimu yang butuh pelampiasan itu? Menyimpannya dalam dendam? Hancur dirimu berkalung dendam, padahal aku telah lupa jauh-jauh waktu.
Atau, kau justru memilih menepi. Membasuh wajah dan anggota tubuh sambil memohon ampun sebagian salahmu itu? Tak terbesit dendam, melainkan pohonkan ampun buatku karena telah mengingatkanmu? Doamu terasa panjang dan lama..sekali. Begitu khusyuk, buatku iri sekaligus kagum padamu. Maka dari itu, aku percayakan sebagian urusanku padamu.
Bagaimana anak muda? Kau dengar semua ocehanku?
Jumat, 23 Mei 2014
Ruang Kecil #4: Cinta
Kau tahu, sahabat? Aku tengah jatuh cinta! Berjuta indah rasanya. :)Ah, cinta. Lama nian aku mencari makna kata itu. Kata yang demikian luar biasanya mengantarkan aku pada fase seperti ini, begitu amat sempit bagi kebanyakan orang. Tapi bagiku, cinta memiliki magnet kebahagian yang luar biasa. Sembari mengiyakan potongan prosa milik Kang Abik,
Cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri jadi mawar, mengubah cuka jadi anggur, mengubah malang jadi untung, mengubah sedih jadi riang, mengubah setan jadi nabi, mengubah iblis jadi malaikat, mengubah sakit jadi sehat, mengubah kikir jadi dermawan, mengubah kandang jadi taman, mengubah penjara jadi istana, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibbah, itulah cinta!
Aku dan Hening
Pondasi Iman
Sahabat oh Sahabat
Aku menghela nafas. Berkaca pada lika-liku persahabatanku sejak lalu. Dan..sebuah titik terang muncul.
Tanya Jawab: Hening
Tentang Cinta dan Kerinduan
Takdir
Langkahku masih berpacu. "Sekali-kali tidak. Takdirku adalah ketika semua pintu telah diketuk, terbuka atau tidaknya, itu baru takdirku.."
Pendarnya, Cahayamu..
Lompatan Intelektualitas
Minggu, 18 Mei 2014
Bolehkah Aku Mengeluh?
Jumat, 16 Mei 2014
Ruang Kecil #3: Sebab Amanah
"Begini Us, laki-laki itu berbeda dengan suami. Maka dari itu, laki-laki shalih belum tentu menjadi suami yang shalih. Pun ketika menjadi ayah, suami yang shalih belum tentu menjadi ayah yang shalih."
"Sebab amanah ya, pak?"
"Ya, betul. Karena itu menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat mengemban amanah."
"Hal ini juga berlaku untuk perempuan?"
"Ya!"
Begitu besarkah amanah itu? Akson dan dendrit sejenak berhenti, mencari alur yang baru. Adakah muara syaraf lain yang menghantarkan informasi baru?
Senja, Mei 2014
Ruang Kecil